IIF’s Anniversary Dialogue: Wujud Komitmen IIF pada Pertumbuhan Infrastruktur Berkelanjutan

Jakarta, 29 Januari 2024 – Indonesia Infrastructure Finance tahun ini telah memasuki usianya yang ke – 14 tahun tepatnya pada 15 Januari 2024 lalu. Pada pembentukannya, IIF memiliki mandat untuk menjadi katalisator pada pembangunan infrastruktur di Indonesia melalui aktivitas pembiayaan yang disalurkan.

Selama 14 tahun berkiprah dalam memajukan pertumbuhan infrastruktur, IIF senantiasa berpedoman pada prinsip – prinsip Environmental, Social, Governance (ESG) sebagai upayanya menjaga keberlangsungan lingkungan sekitar sekaligus mendorong terciptanya proyek infrastruktur yang berkelanjutan di Indonesia.

Sebagai bagian dari rangkaian perayaan hari ulang tahun yang ke – 14, IIF menginisiasi penyelenggaraan dialogue dengan tema “The Dynamics of Sustainable Infrastructure Financing and Its Roles in Achieving Food Security” yang turut melibatkan berbagai narasumber inspiratif dan edukatif pada sektor ESG, lingkungan, dan pembangunan berkelanjutan yang diselenggarakan pada Senin, 29 Januari 2024. Forum tersebut menyajikan diskusi mendalam mengenai praktik terbaik pada bidang pembiayaan infrastruktur berkelanjutan serta upaya membuka jalan menuju ketahanan pangan dan mitigasi perubahan iklim.

Lebih lanjut mengenai forum diskusi tersebut, acara diawali dengan keynote speech yang disampaikan oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani Indrawati Indrawati. Dirinya menyampaikan bahwa peran IIF dalam mendorong pertumbuhan infrastruktur di Indonesia melalui pembiayaan merupakan mandat yang diberikan saat pendiriannya. “Sebagai salah satu Special Mission Vehicle (SMV) Kemenkeu, Saya berharap IIF senantiasa dapat menjadi pemberi solusi dalam pembiayaan infrastruktur di Indonesia” ungkap dirinya

Forum diskusi yang digelar di Astor Ball Room St. Regis Hotel Jakarta tersebut dibagi menjadi 2 sesi. Sesi pertama diawali dengan diskusi komperhensif yang membahas mengenai Sustainable Infrastructure in Achieving Food Security. Hadir pada sesi tersebut narasumber dari berbagai bidang antara lain Prof. Damayanti Buchori, Ph.D – Head of Center for Transdisciplinary and Sustainability Sciences Institut Pertanian Bogor, Euan Marshall – Country Director International Finance Corporation, Jiro Tominaga – Country Director Asian Development Bank, dan Dr. Muhammad Chatib Basri – Akademisi sekaligus Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia.

Dilanjutkan dengan sesi kedua yang tidak kalah menarik, membahas mengenai pembiayaan yang diperuntukan bagi proyek – proyek infrastruktur berkelanjutan di Indonesia. Pada sesi ini pun Presiden Direktur IIF, Reynaldi Hermansjah memaparkan tentang sepak terjang Perseroan dalam membiayai proyek infrastruktur dengan tetap memperhatikan aspek ESG di setiap prosesnya. Sesi ini turut dihadiri oleh narasumber ahli di bidangnya, antara lain: Prof. Dr. Ir. Danang Parikesit, M.Sc.(Eng), IPU, APEC.Eng – Founder and Senior Researcher di The Center of Transportation and Logistics Studies Universitas Gadjah Mada, Satoshi Ishihara – Senior Development Specialist World Bank, dan Aldo Artoko – Presiden Direktur Arkora Hydro.


Resmi Tercatat Di Bursa, Surat Berharga Perpetual Indonesia Infrastructure Finance Tahun 2023 Berhasil Himpun Dana Rp335miliar

Jakarta, 15 Januari 2024 – PT Indonesia Infrastructure Finance (“IIF”) telah berhasil melakukan penerbitan Surat Berharga Perpetual Berwawasan Lingkungan Indonesia Infrastructure Finance Tahun 2023 dengan nilai emisi sebesar Rp335.000.000.000. Penerbitan Surat Berharga tersebut telah resmi tercatat di Bursa Efek Indonesia (“BEI”) pada tanggal 10 Januari 2024. Sebelumnya IIF juga telah berhasil mencatatkan penerbitan Obligasi Berkelanjutan II Indonesia Infrastructure Finance Tahap I Tahun 2023 sebesar Rp500.000.000.000, pada tanggal 27 Desember 2023.

Pencatatan dua instrumen tersebut di BEI memiliki signifikansi tersendiri bagi IIF dalam hal alternatif sumber pendanaan dan membuktikan suatu pencapaian baru bagi IIF di sektor Pasar Modal Indonesia.

Pada penerbitan Obligasi Berkelanjutan II Indonesia Infrastructure Finance Tahap I Tahun 2023, IIF memainkan peran sebagai katalis yang dapat terlihat dari besarnya jumlah investor ritel yaitu mencapai hampir 65% meskipun Obligasi ini tidak di identifikasikan secara khusus sebagai Obligasi Ritel. Hal tersebut merupakan cerminan dari upaya IIF selama ini untuk selalu mensosialisasikan konsep pembiayaan infrastruktur berbasis keberlanjutan.

Di sisi lain, Surat Berharga Perpetual yang diterbitkan IIF di tahun 2024 merupakan instrumen tematik yang diterbitkan dengan tujuan utama yaitu memperkuat struktur modal IIF. Dana yang berhasil dihimpun tersebut kemudian akan digunakan untuk membiayai proyek infrastruktur berkelanjutan yang berlandaskan prinsip Kegiatan Usaha Berwawasan Lingkungan (KUBL) di Indonesia. Surat Berharga Perpetual ini tidak memiliki jangka waktu, namun instrumen ini memiliki opsi tebus atas pelunasan pokok pada tahun ke-5 dan setiap ulang tahun penerbitan sesudahnya.

Lebih lanjut mengenai Surat Berharga yang diterbitkan, instrumen tersebut merupakan sebuah terobosan baru yang ada di Pasar Modal Indonesia, dimana instrumen tersebut menjadi yang pertama menggunakan mekanisme penawaran umum di Indonesia. Surat Berharga tersebut juga merupakan instrumen pertama yang mengimplementasikan aturan POJK 11/2018 perihal Penawaran Umum Efek Bersifat Utang dan/atau Sukuk kepada Pemodal Profesional.

Reynaldi Hermansjah selaku Presiden Direktur IIF mengatakan bahwa tingkat imbal bagi hasil yang ditetapkan tergolong kompetitif untuk menarik minat dan partisipasi publik. “Kupon Obligasi Berkelanjutan II Indonesia Infrastructure Finance Tahap I Tahun 2023 sebesar 6,45% untuk tenor 370 hari; 6,70% untuk tenor 3 tahun dan 6,80% untuk tenor 5 tahun serta imbal bagi hasil Surat Berharga Perpetual Berwawasan Lingkungan Indonesia Infrastructure Finance Tahun 2023 sebesar 8,25% per tahun yang kami berikan tergolong kompetitif. Hal tersebut merupakan upaya kami dalam melibatkan partisipasi masyarakat untuk mendukung pertumbuhan proyek infrastruktur yang berkelanjutan di Indonesia” ungkap Reynaldi.

Dirinya juga mengungkapkan bahwa IIF turut serta meramaikan keberagaman instrumen investasi di Pasar Modal Indonesia. “Dengan penerbitan dua instrumen ini, kami sangat bergembira bisa turut serta berpartisipasi dalam memperkaya keberagaman instrumen di Pasar Modal Indonesia, khususnya melalui Bursa Efek Indonesia. Serta turut meningkatkan jumlah instrumen berbasis keberlanjutan atau apa yang sering dikenal dengan Green Instruments” tutur Reynaldi.

Di sisi lain Pefindo selaku lembaga pemeringkat independen memberikan peringkat idAAA (triple A, stable outlook) untuk Obligasi Berkelanjutan II Indonesia Infrastructure Finance Tahap I Tahun 2023 serta peringkat idAA (double A, stable outlook) untuk Surat Berharga Perpetual Berwawasan Lingkungan Indonesia Infrastructure Finance Tahun 2023 atau dua tingkat di bawah peringkat korporasi (idAAA), yang mencerminkan posisi Surat Berharga Perpetual yang lebih junior, sesuai dengan klasifikasinya sebagai komponen modal inti tambahan dan memiliki karakteristik penangguhan pembayaran imbal bagi hasil.

Hingga September 2023, IIF membukukan penyaluran kredit mencapai Rp13 triliun, dimana proyek energi terbarukan dalam sektor ketenagalistrikan mendominasi capaian pembiayaan IIF. Dengan struktur permodalan yang lebih kuat, IIF akan lebih leluasa dalam menjalankan ekspansi bisnis, terutama dalam hal pengembangan bisnis pembiayaan proyek – proyek infrastruktur berwawasan lingkungan di Indonesia.

Sedangkan pada sisi pendapatan, hingga September 2023, pendapatan bunga IIF tumbuh 15% menjadi Rp1,0triliun (yoy) dan pendapatan non-bunga tumbuh 53% menjadi Rp 83,8 miliar (yoy). Pencapaian tersebut mendorong pencapaian laba bersih IIF pada September 2023 tumbuh 17% menjadi Rp68,4 miliar (yoy).