JABABEKA – PT Harrisma Data Citta (“HDC”) telah memulai proyek pengembangan pusat datanya dengan melakukan seremonial Ground breaking pada Senin tanggal 28 Juni 2021. Proyek ini mendapatkan fasilitas pinjaman senior berjangka dari PT Indonesia Infrastructure Finance (“IIF”) yang telah ditandatangani dan efektif di akhir Mei 2021. Nuevo Asia Capital Pte Ltd (“NAC”) bertindak sebagai financial advisor yang berperan dalam mengatur transaksi antara HDC dan IIF.
Proyek Pusat Data Skala Hiper (“Proyek”) adalah proyek fasilitas pusat data premium milik HDC yang akan dibangun oleh PT Pembangunan Perumahan (Persero), Tbk (“PTPP”) sebagai main contractor di atas lahan seluas 17.289 meter persegi berlokasi di Jl. Science Boulevard Raya A1B, Kawasan Industri Jababeka, Bekasi. Desain dan konsep gedung akan menekankan pada desain fasilitas zero downtime, efficient data center dengan PUE <1.5, dan konsep green building yang sejalan dengan tren permintaan saat ini untuk konsep pusat data efisien dan hijau dalam menciptakan lebih banyak nilai untuk keseluruhan kinerjanya.
Pengembangan proyek sendiri akan terdiri dari tiga (3) tahap dengan total kapasitas hingga 3.000 rak dan fasilitas spesifikasi (sertifikasi) Tier III.
Fase 1 – Pembangunan Gedung Pusat Data dengan total luas bruto 20.057 meter persegi dalam struktur 3 lantai dan kapasitas fit-out mencapai 3,5MW untuk daya TI di lantai 1 Gedung Pusat Data.
Fase 2 – Pembangunan Pusat Data infrastruktur dengan kapasitas data sebesar 7MW ruang komputer TI di lantai 2 Gedung Pusat Data.
Fase 3 – Pembangunan Pusat Data infrastruktur dengan kapasitas data sebesar 7MW ruang komputer TI di lantai 3 Gedung Pusat Data.
HDC telah menunjuk IIF dan NAC sebagai Joint Mandated Lead Arranger yang rencananya akan mengatur dan mencari pembiayaan sindikasi untuk mendanai pengembangan lebih lanjut fase dua dan fase tiga dari Proyek ini di kuartal empat 2021.
“Dengan pengalaman IIF dalam pembiayaan infrastruktur berkelanjutan di Indonesia, bersama NAC telah berhasil menyusun pembiayaan tahap pertama proyek ini. Didukung dengan potensi pertumbuhan yang sangat menarik, kami yakin dapat kembali membantu HDC untuk mendapatkan sumber pembiayaan dengan syarat terbaik di fase dua dan fase tiga. Khusus dalam fase pertama ini, IIF menyediakan fasilitas dengan total sebesar IDR629,8 miliar dengan harapan Proyek dapat selesai di tahun 2022 mendatang” terang Bapak Reynaldi Hermansjah, Presiden Direktur IIF.
Bapak Reynaldi juga menambahkan “saat ini, perkembangan infrastruktur tidak hanya dilihat dari pembangunan fisik seperti jalan dan konstruksi namun juga pembangunan digital. Oleh karena itu, IIF konsisten untuk selalu berkembang dan menyesuaikan dengan kemajuan zaman. Kami sangat bangga atas pencapaian ini dan kami pun siap untuk kembali mengambil bagian dalam pembangunan fase proyek yang akan datang.”
Yulianni Liyuwardi, Country Director dari Nuevo Asia Capital Pte Ltd dalam kata sambutannya menjabarkan bahwa sektor Telko Data Centre di Indonesia sangatlah menjanjikan yang disebabkan karena beberapa hal:
- Indonesia merupakan salah satu dari negara-negara yang jumlah pemakai internetnya terbesar di dunia, sehingga sudah pasti kebutuhan data storage nya juga mengikuti perilaku ini, dan akan sangat masuk akal data storage didirikan mendekati dengan pemakai contain yang ada.
- Investment ratio yang relatively lebih attractive dibandingkan beberapa negara di Asia seperti Singapore dan Jepang, sehingga secara general akan membuat harga sewa dan margin juga menjadi lebih attractive.
- Sektor Telko data centre di Indonesia adalah salah satu dari sedikit sector yang ada, yang terbukti mengalami pertumbuhan positive di masa Pandemic ini. Salah satunya disebabkan karena perubahan perilaku pasar yang sebelumnya sudah bercondong ke aksi online atau virtual menjadi lebih meningkat selama masa Pandemic ini.
“Diprediksikan perilaku pasar ini akan terus berlanjut, sehingga sangat penting ketersediaan fasilitas Data Centre untuk dapat menampung kebutuhan virtual data yang terus meningkat ini. Disini peran Institusi keuangan dan para Investor akan sangat memegang peranan aktif dalam mendukung pertumbuhan sector Telko Data Centre ini, hal yang sama juga akan dibutuhkan oleh HDC Group dalam perkembangan kedepannya, yang sudah berkomitmen untuk menjadi salah satu pemain yang memimpin baik di segment retail maupun dengan skala Hyper scalenya. Untuk fase 2 dan 3 perkiraan investasi yang dibutuhkan adalah sekitar total USD 100 juta diluar kebutuhan Investasi di segment retailnya” Yulianni menambah penjelasannya.
Bapak Sukoco Halim President Director dari HDC menjelaskan: “Pengembangan Proyek Hyperscale Data Center merupakan respon HDC atas potensi pertumbuhan industri Data Center yang sangat besar di Indonesia karena masih besarnya gap antara supply dan demand. Indonesia sebagai negara terpadat keempat di dunia juga merupakan perekonomian terbesar di kawasan Asia Tenggara.”
Dalam pembangunan data center ini HDC memiliki 5 objective utama yakni :
- Sistem keamanan tingkat dunia dengan penerapan 7 lapis proses yang berbasis biometric, artificial intelligence dan touchless system.
- Rancangan Gedung dan fasilitas data center yang berbasis ramah lingkungan
- Tingkat Efisiensi yang optimal dengan target PUE average operasi di angka 1.3
- Jaminan kehandalan daya listrik tanpa downtime (zero downtime)
- Dan netralitas dengan dukungan lebih dari 20 network access provider secara langsung.
Riset pasar baru-baru ini menunjukkan bahwa hal itu telah menjadi pusat perhatian karena meningkatnya adopsi cloud mendorong lebih banyak investasi pusat data berskala besar dalam beberapa tahun terakhir.
Permintaan fasilitas meningkat secara eksponensial dengan 150 juta orang Indonesia diharapkan dapat mengakses internet pada tahun 2023 dan 20 juta pengguna media sosial baru ditambahkan dalam dua tahun terakhir. Visi Go Digital dan Industri 4.0 Pemerintah juga kemungkinan akan mendorong kebutuhan akan lebih banyak pusat data, karena satu juta nelayan dan petani akan diberikan dukungan online dari ribuan perusahaan rintisan teknologi bersama dengan upaya untuk mendigitalkan delapan juta UKM.
Selain itu, industri Pusat Data sebagian besar didorong oleh subset dari basis pelanggan yang ada: cloud publik dan penyedia platform seperti e-commerce dan tuntutan UKM untuk solusi penyimpanan berbiaya rendah. Semakin banyak perusahaan yang meninggalkan server fisik in-house demi cloud hosting.
Pandemi tahun 2020 juga telah mempercepat perubahan dalam strategi TI perusahaan, karena perusahaan dengan cepat beralih ke cloud. Kelanjutan dan optimalisasi pergeseran ini akan berlanjut selama beberapa tahun ke depan, menciptakan penekanan lebih lanjut pada ketersediaan layanan cloud dan konektivitas di seluruh platform.
PT Indonesia Infrastructure Finance
PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF) adalah lembaga keuangan swasta non-bank, yang bergerak dalam pembiayaan infrastruktur dan layanan konsultasi yang dikelola secara profesional dan berfokus pada proyek- proyek infrastruktur yang layak secara komersial. IIF didirikan pada 15 Januari 2010 atas inisiatif Pemerintah Republik Indonesia – Kementerian Keuangan Republik Indonesia bersama dengan World Bank, Asian Development Bank (ADB) dan lembaga multilateral lainnya.
Dalam melakukan kegiatan usahanya, IIF menerapkan praktik terbaik berdasarkan standar internasional dalam memberikan kredit, tata kelola perusahaan, dan dalam menerapkan standar perlindungan sosial dan lingkungan untuk memastikan keberlanjutan pembangunan infrastruktur di Indonesia.Further Queries:
Nastantio W. Hadi
Head of Legal and Corporate Secretary
PT Indonesia Infrastructure Finance
Telp. (021) 2991 5060; Fax. (021) 2991 5061
[email protected]